Tugas makalah


Dosen
Pembimbing : Seniwati Banseng, S.ST., M.Kes
Disusun
oleh :
Kelompok
1

T.A
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala
puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk tugas mata
kuliah Askeb Kegawatgaruratan
Maternal dan Neonatal ini
dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini adalah
hasil tulisan kami yang memuat materi tentang “Masalah Dalam Menyusui”.
Bersama
ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya tugas ini, yang pertama kepada orang tua kami yang tak
lelah memberikan motivasi dan semangatnya. Yang kedua kepada ibu Seniwati Banseng,
S.ST., M.Kes sebagai
dosen mata kuliah Askeb Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal dan juga teman-teman yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Dalam
penyusunan makalah ini tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan karya ini dan juga karya-karya kami selanjutnya.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Hormat kami,
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
Kata
Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar
Isi.............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang......................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Masalah
Menyusui Pada Ibu.................................................................... 2
B. Masalah
Menyusu Pada Bayi................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................ 11
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian
ibu dan anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal
anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu
masalah, sehingga terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita
mengeluh karena luka pada puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan
perlekatan anak yang salah ketika menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara
fisiologis mampu untuk memproduksi susu yang cukup. Kurangnya
pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu
– ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).
Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik
pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang
berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk
menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu
dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan
nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu
kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang sering dialami oleh ibu
sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada
pembahasan kali ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Payudara
Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa
lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement
(payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh
darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan
nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan
tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena
sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak
terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin
tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI
yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna
hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan
sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti
ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali
dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan
antara lain sebagai berikut :
a. Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
b. Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan
bayi
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
e. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi
f. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
g. Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap
(menangkap) puting susu
h. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah
payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara
2.
Kelainan Puting Susu
Kebanyakan
ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang
dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui,
misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
a) Puting
Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari
telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol
keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih
tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian
pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
b)
Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu
tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena
ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau
penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat
diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan
meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian
dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak
semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk
itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan)
atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
3. Puting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan
Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting
susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai
berikut:
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk
kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting
susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat
mengiritasi puting susu
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya
saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting
susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang
benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola
sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara
gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan
obat-obat yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu
bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke
mulut bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit
serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
Apabila
dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
4.
Saluran
Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran
susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan
pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu
menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi
karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan
ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.
Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai
benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk
mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal
yang dianjurkan, antara lain:
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan
teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya
radang payudara (mastitis)
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa
penuh.
Sumbatan
saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara
dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum
menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin
setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
5.
Radang
Payudara (Mastitis)
Radang
payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti
demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan
sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan
puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara
antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan
berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi
hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya
tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses.
Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan
analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi
reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam
laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga
persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan
membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga
statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses
payudara.
6.
Abses
Payudara
Kelanjutan/komplikasi
dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya
peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah
sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada
radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan.
Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan
insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan
banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada
payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi
tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
7.
Air
Susu Kurang
Masih
banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya,
sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat
besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu
pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai
kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari
berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui
benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa
menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi
kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini dapat
dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di
Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya
biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga
diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
Masalah pada
bayi dapat
berupa bayi sering
menangis, bingung puting, bayi dengan
kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
1.
Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara
ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis,
maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
2.
Bayi
Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi
akibat pemberian susu
formula dalam botol yang
berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu
berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi,
gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan
ketebalan karet dot.
3.
Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir
rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk
menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila
memungkinkan disusui.
4.
Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi
pada bayi usia 2-10
hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Oleh
karena itu, menyusui dini
sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat
dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
5.
Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap
masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle
(langit-langit lunak) dan pallatum durum
(langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa
kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus
tetap menyusui karena
dengan menyusui dapat
melatih kekuatan otot rahang
dan lidah.
6.
Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah
dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara
bersamaan, bayi menyusu
secara bergantian. Susuilah bayi sesering
mungkin. Apabila bayi ada yang
dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka
sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau
orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7.
Bayi Sakit
Bayi sakit dengan
indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral,
tetapi pada saat kondisi bayi sudah
memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan
kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang
tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian
sendawakan. Pada saat bayi akan
ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
8.
Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum
(jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak
dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak
dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan
menahan kedua bibir bayi segera setelah
bayi dapat
“menangkap” putting dan areola dengan
benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
9.
Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan
memerlukan perawatan, padahal bayi masih
menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat
fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perah
pun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberian Asi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Dalam
pelaksanaannya proses menyusui tidak selalu lancar karena terdapat
masalah-masalah dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi.
Masalah
Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara
Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting Susu, Putting
Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple), Saluran Susu
Tersumbat (Obstructive Duct), Radang
Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air Susu Kurang.
Masalah
Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis,
Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion), Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi dengan
Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual
Frenulum), Bayi yang Memerlukan Perawatan.
B.
SARAN
Bagi kita
tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam
pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena
dengan demikian kita dapat memberikan asuhan
yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih dini dan dapat
dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:
Mitra Cendikia offset
http://asuhankebidanand3.blogspot.com/2013/01/latar-belakang-asi-eksklusif.html. diunduh tanggal 05-05-2013 pukul 08.00
WIB
http://triajengayu.blogspot.com/2012/11/deteksi-dini-dan-komplikasi-ibu-nifas.html. diunduh tanggal 05-05-2013 pukul 09.00
WIB
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.
Maryunani, Anik. 2010. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nanny,Vivian Lia Dewi.dkk.2011.Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo,Soekidjo.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo,Sarwono.2008Ilmu
Kebidanan. Jakarta:
PT.Bina Putaka.
terimakasih infonnya
BalasHapushttp://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/